9 research outputs found

    Pengaruh Perbedaan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Melon pada Sistem Hidroponik NFT

    Get PDF
    Melon merupakan salah satu komoditas tanaman buah yang memiliki prospek yang tinggi, sehingga produktivitas dan kualitasnya perlu diperhatikan. Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas melon dapat dilakukan dengan menanam melon secara hidroponik. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam budidaya buah secara hidroponik adalah jarak tanam. Penelitian ini bertujuan mengetahui jarak tanam optimum bagi pertumbuhan tanaman dan kualitas buah melon. Rancangan percobaan yang diguanakan adalah rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal. Faktor percobaan adalah jarak tanam yaitu 36x20 cm dan 40x20 cm.Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis varians (ANOVA) dan jika berbeda nyata, dilanjutkan dengan analisis Beda Nyata Tunggal (BNT) dengan tingkat kesalahan 5%. Hasil menunjukkan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap peubah vegetatif yaitu panjang dan lebar daun dan diameter batang. Jarak tanam berpengaruh terhadap bobot buah, diameter buah dan tingkat kemanisan buah. Jarak tanam yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon yaitu 40x20 cm

    Potensi Metabolit Sekunder Jamur Entomopatogen untuk Mengendalikan Hama Wereng Batang Coklat Pada Padi

    Get PDF
    Hama wereng batang coklat (WBC) (Nilaparvata lugens Stal.) adalah hama penting tanaman padi. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini berkisar antara 10- 90%, tergantung pada kerusakan yang ditimbulkannya. Penanaman varietas tahan padi secara terus menerus, pemupukan urea yang berlebihan dan penggunaan insektisida yang tidak bijaksana mengakibatkan terjadinya ketahanan, resurjensi, munculnya biotipe WBC yang baru dan terbunuhnya musuh alami. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya ledakan WBC. Penelitian penggunaan metabolit sekunder jamur entomopatogen ini didasari oleh kegagalan penggunaan jamur entomopatogen di lapang dalam mengendalikan WBC. Penggunaan metabolit sekunder jamur entomopatogen merupakan inovasi baru dalam pengendalian WBC, dan belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian dilaksanakan dalam lima tahap. Penelitian Tahap pertama eksplorasi jamur entomopatogen, bertujuan untuk menemukan jamur entomopatogen yang efektif membunuh WBC. Penelitian tahap kedua, bertujuan untuk menguji kemampuan metabolit sekunder jamur entomopatogen yang ditemukan pada Tahap I dalam mengendalikan WBC dalam skala laboratorium. Penelitian tahap ketiga, bertujuan untuk menguji teknik aplikasi metabolit sekunder yang efektif untuk mengendalikan WBC dalam skala Laboratorium. Penelitian tahap keempat, bertujuan untuk menguji kemampuan metabolit sekunder jamur entomopatogen yang ditemukan pada tahap kedua dalam mengendalikan WBC di lapang. Penelitian Tahap kelima bertujuan untuk mengetahui spesies jamur entomopatogen terpilih secara molekul dan analisis kandungan metabolit sekundernya. Adapun tujuan penelitian secara umum adalah untuk mendapatkan insektisida organik berbasis metabolit sekunder jamur entomopatogen yang efektif untuk mengendalikan WBC dan ramah lingkungan. Pada penelitian tahap pertama, ditemukan 8 isolat efektif mengendalikan WBC dalam skala rumah plastik. Isolat tersebut adalah J11 (Aspergillus sp.), J22 (Lecanicillium saksenae), J34 (Myrothecium sp.), J35 (Beauveria sp.), J41 (Fusarium sp.), J56 (Fusarium sp.), J60 (Simplicillium sp.), and J65 (Curvularia sp.). Jamur tersebut dapat menimbukan mortalitas pada WBC sebesar 70–80% dalam waktu 3,43-4,87 hari. Penelitian tahap kedua menemukan 3 isolat jamur entomopatogen yang metabolit sekundernya berpotensi sebagai insektisida organik. Ketiga jamur tersebut tersebut adalah L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh ketiga jamur tersebut pada konsentrasi 5% dapat menyebabkan mortalitas WBC masing-masing sebesar 80,0; 83,33 dan 86,67% dalam waktu masing-masing 4,74; 5,47 dan 5,32 hari. Pada konsentrasi 10%, dapat menimbulkan mortalitas masing-masing sebesar 90,0; 90,0 dan 90,67% dalam waktu masing-masing 4,67; 4,43 dan 5,33 hari, sedangkan pada konsentrasi 15%, dapat menimbulkan mortalitas masing-masing sebesar 86,67; 90,0 dan 100% dalam waktu masing-masing 3,22, 4,01 dan 4,54 hari. Penelitian tahap ketiga menguji konsentrasi metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. dan teknik 119 aplikasinya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa metabolit sekunder jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. dengan konsentrasi 10 dan 15% secara kontak pada tubuh WBC dapat membunuh 80–100% WBC dalam waktu 4–7 hari setelah perlakuan (hsp). Konsentrasi terendah yang efektif untuk membunuh WBC adalah 5% pada perlakuan metabolit sekunder L. saksenae dengan cara aplikasi semprot pada tubuh WBC yaitu sebesar 80% dalam waktu 6 hsp. Waktu mortalitas WBC tercepat terjadi pada perlakuan metabolit sekunder L. saksenae dengan konsentrasi 15% yaitu 4 hsp sebesar 87,7%. Mortalitas WBC tertinggi pada aplikasi kontak pada tanaman terjadi pada perlakuan aplikasi metabolit sekunder L. saksenae pada konsentrasi 15%. Penelitian tahap keempat adalah pengujian lapang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada musim hujan metabolit sekunder jamur entomopatogen isolat L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. belum efektif untuk mengendalikan populasi WBC dengan nilai efikasi kurang dari 70%, sedangkan pada musim kemarau sudah efektif dengan nilai efikasi sebesar 70,31-86,67%. Selain itu, metabolit sekunder jamur L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. tidak menurunkan populasi dan jenis predator yang ada di lahan percobaan baik pada musim hujan maupun kemarau. Penelitian tahap kelima adalah identifikasi molekuler jamur entomopatogen terpilih dan analisis kandungan metabolitnya. Hasil identifikasi molekuler dengan PCR diketahui bahwa tiga isolat jamur yang terpilih teridentifikasi sebagai L. saksenae (isolate J22), Myrothecium sp. (isolat J34), dan Simplicillium sp. (isolat J60). Jamur Myrothecium sp. menghasilkan empat metabolit sekunder yang bersifat insektisidal yaitu (2,4,4,4,16,16-D6)-3.alpha.,17.beta.-dihydroxy-5.beta.- androstane); 2-(4-bromobenzylidene) cyclohexanone; (+)-nepetalactone; dan Alloaromadendrenoxid-(1). Jamur Simplicillium sp. menghasilkan metabolit sekunder fenilalanin, N,N-bis (trimetilsilil) -trimetilsilil ester; papaverine; dan asam oktadekanoat trimetilsilil ester. Jamur L. saksenae menghasilkan metabolit sekunder ricinoleic acid methyl ester dan selinene. Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama sampai tahap kelima dapat diambil kesimpulan bahwa metabolit sekunder jamur entomopatogen L. saksenae, Myrothecium sp., dan Simplicillium sp. efektif untuk mengendalikan hama WBC di lapang pada musim kemarau dengan konsentrasi 5–15%, dengan nilai efikasi 70,31- 86,67 % dan aman terhadap keberadaan musuh alaminya

    THE PREFERENCE OF PARASITOID Telenomus remus ON Spodoptera litura EGGS AS AN ALTERNATIVE HOST IN ITS PROPAGATION

    Get PDF
    . Spodoptera frugiperda is an invasive pest which caused plant shoots damage on corn plants. Some control techniques have been applied to control this insect, but the population growth and development of this pest was massively spread in Indonesia. One of the effective indigenous natural enemies to control S. frugiperda was Telenomus remus. Parasitoid T. remus could naturally parasitized the egg of S. frugiperda at about 85%, thus this parasitoid was potential to be used as a biological agent. The rearing method of parasitoid T. remus still relies on the use of native host, S. frugiperda, but the larvae of S. frugiperda was cannibalism. Regarding of this insect behaviour, it should be considered to use this insect as a rearing host, thus the alternative host was needed. One of the alternative hosts is Spodoptera litura. This research aimed to test the suitability of S. litura eggs as an alternative host of T. remus. The research conducted by test the parasitization level of T. remus on various aged of S. litura eggs (1, 2, and 3 days aged) and 1-aged day eggs of S. frugiperda as the control. Every treatment was repeated seven times. Data were analysed by calculating the level of parasitization of T. remus on S. litura and S. frugiperda eggs. Results showed that the three ages of S. litura eggs were not parasitized by T. remus, while 50% of S. frugiperda eggs were parasitize

    Potensi Parasitoid Telur dalam Mengendalikan Wereng Batang Cokelat (Nilaparvata lugens Stal.) Pasca Ledakan Populasi di Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    This study aims to determine the type and potency of egg parasitoid in controlling brown planthopper (Nilaparvata lugens Stal.) pests in Banyumas regency after the pest’s explosion. This research has been conducted in five districts of the endemic area of brown planthopper in Banyumas Regency, i.e. in  Jatilawang, Cilongok, Kebasen, Sumpiuh, and Kembaran. Each of the  districts was taken 5 sample villages. The testing and calculation of the level of parasitization  were done in the laboratory of Plant Protection, Faculty of Agriculture, University of Jenderal Soedirman, Purwokerto. The research  used nest plot design, where  the first factor was the district and the second factor was the village. Village nested in  district. The data were  analyzed using F 5% test,  followed by 5% DMRT, if there were  any differences found . The results of the study were as follows: (1) The parasitoids found in Banyumas Regency were Gonatocerus sp. and Oligosita sp. with the ability to parasite 26.8−64.73%, and 1.82−31.40%; (2) the presence parasitoid has the potency  to suppress the intensity of brown planthopper attack on the vegetative phase, the intensity of attacks ranged between 6.96−23.58%, with brown planthopper population ranged from 0.84 to 27.36 individuals per hill.   Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi parasitoid telur dalam mengendalikan hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) di Kabupaten Banyumas pasca terjadinya ledakan. Penelitian ini dilaksanakan di lima kecamatan daerah endemik wereng batang cokelat di wilayah Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Jatilawang, Cilongok, Kebasen, Sumpiuh, Kembaran. Masing-masing kecamatan diambil 5 desa sampel. Pengujian dan penghitungan tingkat pemarasitan dilakukan di laboratorium Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian menggunakan rancangan petak tersarang,  dengan kecamatan sebagai faktor pertama  dan desa sebagai faktor kedua. Desa tersarang pada kecamatan. Data dianalisis menggunakan uji F 5%, apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji banding ganda DMRT 5 %. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Parasitoid yang ditemukan di Kabupaten Banyumas adalah Gonatocerus sp. dan Oligosita sp. dengan kemampuan memarasit 26,8−64,73%, dan sebesar 1,82−31,40 %, (2) keberadaan parasitoid berpotensi menekan intensitas serangan hama wereng batang cokelat pada fase vegetatif, intensitas serangan berkisar antara 6,96−23,58%, dengan populasi wereng batang cokelat berkisar 0,84−27,36 individu per rumpun

    SAYURAN ORGANIK SISTEM VERTIKULTUR AQUAPONIK SEBAGAI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

    Get PDF
    Public awareness of food safety and nutrition causes people to give more attention to the quality and safety of vegetables consumed and wanting foods all natural and free of chemicals, from pesticides, hormones and fertilizers. The problem is not knowing partners vegetable cultivation technology package of environmentally friendly, both in terms of economic, health, and food security that can be implemented to take advantage of the yard. To overcome the problem of multiple partners to offer technology solutions that are technology transfer through mentoring, education, and demonstration plots.  The objective of this activity is functioning yard area around the housing by planting vegetables environmentally friendly biopesticide technology transfer "Basubio" as a biological control and biological fertilizers. Methods lectures and discussions were conducted as a medium of information transfer that is interactive and takes place in both directions. This method is an initiation program to expectations, the group partners will have a good basic knowledge about the knowledge of vegetable production in environmentally friendly ways to utilize the vacant land around their house, so as to create a comfortable environment, and the harvest can be consumed safely. Implementation of the program continued with the increasing skills through training members of the Dasawisma is equipped with a demonstration plot. The results of the activities undertaken include: the cultivation of vegetables vertikultur environmentally friendly, vegetable crops on vacant land that is not utilized, manufacture biofertilizer and biopesticide active ingredient B. subtilis, to support the health and food safety. The impact of this activity to increase knowledge and skills of the Dasawisma reached 95% and add a beautiful environment and the results of the vegetables can be utilized in their daily food needs.Kesadaran masyarakat akan keamanan pangan dan gizi menyebabkan masyarakat  memberikan perhatian lebih besar pada kualitas dan keamanan produk sayuran yang dikonsumsi dan menginginkan makanan yang serba alami dan bebas dari bahan kimia, baik dari pestisida, hormon dan pupuk. Permasalahan mitra adalah  belum mengetahui paket teknologi budidaya sayuran secara ramah lingkungan, baik dari segi ekonomi, kesehatan, dan keamanan pangan yang dapat diterapkan untuk memanfaatkan pekarangan secara vertikultur aquaponik. Untuk mengatasi permasalahan mitra beberapa solusi teknologi yang ditawarkan adalah transfer teknologi melalui pendampingan, pendidikan, dan demplot.  Tujuan kegiatan ini adalah memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar pemukiman dengan menanam tanaman sayuran ramah lingkungan dengan teknologi vertikultur aquaponik dan aplikasi basubio sebagai pengendali hayati dan pupuk hayati. Metode ceramah dan diskusi dilakukan sebagai media alih informasi yang bersifat interaktif dan berlangsung dua arah. Metode ini merupakan inisiasi program dengan harapan, kelompok mitra  mempunyai pengetahuan dasar yang baik tentang pengetahuan budidaya tanaman sayuran secara vertikultur aquaponik, memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah mereka, sehingga tercipta lingkungan yang nyaman, dan hasil panennya dapat dikonsumsi secara aman.  Penerapan program dilanjutkan dengan peningkatan ketrampilan anggota kelompok Dasawisma  melalui pelatihan dilengkapi dengan demplot. Hasil kegiatan yang dilakukan antara lain: budidaya sayuran secara vertikultur aquaponik yang ramah lingkungan. Pembuatan biofertilizer dan biopestisida berbahan aktif B. subtilis, pembuatan MOL (mikroorganisme lokal) dan pestisida nabati untuk mendukung kesehatan dan keamanan pangan.  Dampak dari kegiatan ini menambah pengetahuan dan ketrampilan kelompok Dasawisma mencapai 95% dan menambah indah lingkungan dan hasil sayurannya dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan makan sehari-hari

    PELATIHAN EKSPLORASI DAN PERBANYAKAN JAMUR ENTOMOPATOGEN UNTUK PENGENDALIAN HAMA Spodoptera frugiperda PADA TANAMAN JAGUNG

    Get PDF
    Kelompok Tani Raden adalah salah satu kelompok tani yang berada di wilayah Kelurahan Pabuwaran, Kecamatan Purwokerto Utara,Kabupaten Banyumas.  Salah satu komoditas tanaman yang banyak ditanama oleh anggota kelompok tani adalah tanaman jagung. Serangan hama Spodoptera frugiperda  merupakan masalah utama yang dihadapi dalam budidaya tanaman jagung .  Hama ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan kegagalan panen. Upaya pengendalian hama yang umum dilakukan adalah penggunaan insektisida kimia sintetis. Penggunaan insektisida kimia sintetis banyak menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia.  Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah transfer teknologi tentang upaya pengendalian hama S. frugiperda dengan jamur entomopatogen yang ramah lingkungan.  Jamur entomopatogen besifat spesifik, sehingga untuk mendapatkan isolat jamur yang murni perlu dilakukan eksplorasi dari ulat S. frugiperda yang terinfeksi jamur dan teknik perbanyakannya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan kepada mitra agar dapat mengeksplorasi jamur entomopatogen dari lapang, memperbanyak dan mengaplikasikannya. Metode pelaksanaan dengan   melalui  pendampingan dan pembuatan demplot. Metode ceramah dan diskusi dilakukan sebagai media alih informasi yang bersifat interaktif dan berlangsung dua arah. Metode ini merupakan inisiasi program dengan harapan mitra mempunyai pengetahuan dasar yang baik tentang eksplorasi, perbanyakan dan aplikasi jamur entompatogen untuk pengendalian hama S. frugiperda. Demplot budidaya tanaman jagung dikelola dengan teknologi yang mudah, murah dan tepat, sehingga diharapkan  adopsi teknologi tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah: meningkatnya  ketrampilan petani dalam mengendalikan hama S. frugiperda dengan menggunakan jamur entomopatogen serta mengurangi penggunaan insektisida kimia sintetis yang mencemari lingkungan dan berbahaya bagi manusia

    PENGARUH JENIS TEKNIK FERTIGASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON

    Get PDF
    Air dan nutrisi merupakan kebutuhan esensial tanaman. Perkembangan saat ini, budidaya melon dilakukan secara hidropononik dengan pemberian air irgasi dan nutrisi secara bersamaan (fertigasi). Nutrient Film Technique (NFT) dan irigasi tetes merupakan dua tipe teknik fertigasi yang banyak diterapkan. Kelemahan dan kelebihan dari kedua teknik fertigasi tersebut banyak dibahas mengenai aspek keteknikannya, sedangkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman masih jarang diteliti terutama pada varietas tertentu. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui pengaruh teknik fertigasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas melon pada budidaya secara hidroponik. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor bebas yaitu jenis teknik fertigasi (NFT dan irigasi tetes) dan varietas melon (varietas Jumbo F1 dan Golden aroma). Sedangkan variabel terikat yaitu pertumbuhan dan mutu melon (yaitu: tinggi tanaman, berat buah, diameter buah, dan kemanisan buah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sistem fertigasi dan varietas melon berpengaruh nyata terhadap semua variabel terikat, meskipun tinggi tanaman baru terlihat berbeda nyata ketika masuk pada 3 minggu setelah pindah tanam. Berdasarkan parameter berat, diameter, dan tingkat kemanisan buah, kombinasi perlakuan terbaik dihasilkan pada perlakukan menggunakan NFT dan varietas Golden Aroma. Penelitian ini diharapkan dapat membantu petani melon dalam memilih jenis sistem fertigasi dan varietas unggul untuk mendapatkan hasil melon terbaikWater and nutrients are the essential requirements for plant. Currently, melon cultivation in hydroponics was applied by providing irrigation water and nutrients simultaneously (i.e. fertigation). Nutrient Film Technique (NFT) and drip irrigation are two commonly types on fertigation application. The weaknesses and strengths of the two fertigation techniques have been much exploration in terms of their technical aspects, while studies on the effects on crop growth and productivity, particularly for plant verieties, are rarely undertaken. The aim of this study was to determine the influence of the type of fertigation technique on the growth and productivity of hydroponic melons. The study used a randomized block design with two independent factors, namely the type of fertigation technique (NFT and drip irrigation) and melon varieties (Jumbo F1 and Golden Aroma varieties). The dependent variables are the growth and quality of the melon (namely: plant height, fruit weight, fruit diameter, and fruit sweetness). Results showed that the type of fertigation system and melon cultivar had a significant impact on all dependent variables, although the height of the new plants differed markedly when introduced three weeks after transplanting. Based on fruit weight, diameter, and sweetness parameters, the recommended combination was treatment with NFT and the Golden Aroma variety. This research is designed to help melon growers choose the type of fertigation system and which varieties to achieve the optimum melon yields

    Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan Budidaya Sayuran Organik Dataran Rendah Berbasis Kearifan Lokal dan Berkelanjutan

    No full text
    The specific purpose of this activity is to increase the motivation of women in improving the quality of life and self-reliance in the family by optimizing the yard with organic vegetable farming in the lowlands based on Local Wisdom and Sustainable.  The strategy used was  the empowerment of target groups with the approach of Participatory Rural Appraisal, methods of education, training, demonstration plots, assistance and equipped with learning by doing techniques. The materials presented were: (1) garden  intensification technology with verticultur method, (2) organic vegetable cultivation technology based on liquid organic fertilizer, botanical pesticide and PGPR, (3) composting technology with enrichment of Trichoderma harzianum (Tricho-compos) activator of local microorganism, (4) technology of pest and disease control on environmentally friendly vegetable crops using botanical insecticides and microbial antagonists; (5) water use efficiency technology with drip irrigation; (6) good sorting, grading and packing technology, 7) empowerment technology to form groups and institutional strengthening and group management. The results of this activity are: (1) the target group / members The women farmer group has a very high curiosity about new information that can improve their standard of living,(2) technology transfer activities on the use of garden with organic vegetable cultivation received positive response from the members of the Group, (3) This devotional activity can encourage the pattern of mind and pattern of member action in organic vegetable cultivation by developing rural resources and sustainable local wisdom, (4) Verikultur cultivation technique with vertical paralon type on a land area of 10 m2 is economically profitable
    corecore